Langsung ke konten utama

Blais… Setya Novanto Ternyata Titisan Syeh Jangkung

Setya Novanto. Foto: kumparan
Setelah menjalani proses penyidikan yang sangat lama dan melelahkan - selama dan semelelahkan aku menunggumu, Kasih. Cemet! - akhirnya Bang Setya Novanto  dijatuhi tuntutan  oleh jaksa 16 tahun  kurungan. Tidak hanya itu, Bang Setnov juga diharuskan membayar segepok tiga miliar rupiah atas kasus korupsi megaproyek e-KTP yang menjeratnya.

Apakah drama Bang Setnov sudah berakhir? Eitz, tunggu dulu! Sabar, Ndes! Sosok Bang Setnov ini mengingatkanku terhadap seseorang.

Sopo ik? Pacar?

Aku memilih menjadi jomblo bermartabat, Ndes. Jadi ya “Say no to pacaran!”

Orang ini bukan orang biasa, Ndes. Belau waliyullah. Adalah Saridin atau Syeh Jangkung. Meski demikian, dulu Saridin pun pernah terjerat kasus pidana. Bukan kasus korupsi seperti yang menjerat Bang Setnov, namun Saridin terciduk oleh kasus pembunuhan terhadap kakak iparnya, Branjung.

Kisahnya bermula ketika orang tua Saridin sebelum meninggal mewariskan pohon durian kepada Saridin dan kakaknya, Sumiyem (istri Branjung). Atas kesepakatan Branjung dan Saridin, apabila buah durian jatuh di siang hari maka menjadi milik Branjung. Sebaliknya, apabila buah jatuh di malam hari, maka menjadi milik Saridin.

Sebab durian jatuh di malam hari, maka Branjung mulai iri dan kesal. Ia kemudian menyamar menjadi harimau yang kemudian mencuri durian jatuh di malam hari. Entah bagaimana proses penyamarannya menjadi harimau, namun terdapat dua versi yang berbeda yaitu dengan menggunakan kesaktian ilmunya Branjung menjelma menjadi harimau. Versi satunya lagi bahwa branjung menggunakan kostum yang menyerupai harimau.

Mengetahui ada harimau (mencuri durian miliknya) Saridin kemudian menombaknya dengan bambu runcing. Terkena tombak, harimau menjerit. Saridin curiga kemudian menghampiri dan ternyata harimau tersebut adalah kakak iparnya sendiri, Branjung.

Atas kasus tersebut, Saridin akhirnya dipenjara. Namun, karena kesaktiannya beliau bisa sesuka hati keluar dari penjara untuk pulang ke rumah menemui anak dan istrinya. Namun, akhirnya hal itu pun terendus juga sehingga Saridin dijatuhi hukuman gantung. Memang karena orang yang sakti, hukuman gantung pun tidak mempan. Ketika tali ditarik ternyata Saridin ini justeru ikut menarik talinya. Padahal jelas-jelas tali sudah melilit lehernya tapi bisa lepas juga.

Terus piye lanjutane?

Waduh pegel, Ndes. Sampe aku sugih gak rampung ki nek tak ceritakno kabeh. Mending download wae serial mp3-nya atau tonton serial videonya di YouTube.

Intinya Syeh Jangkung ini sakti. Dia bisa keluar meski dipenjara, bisa lepas saat digantung, mengubah daun menjadi perhiasan dan uang, menimba air dengan keranjang, menyebrangi lautan naik dua buah durian, menghidupkan kerbau mati, dan masih banyak lagi kehebatan beliau.

Nah, saya berpesan bahwa KPK dan Polri harus membentuk tim khusus untuk menangani dan mengawasi Bang Setnov. Bisa jadi Bang Setnov ini adalah orang sakti macam Saridin atau Syeh Jangkung. Nyatanya diawal sidang penetapannya sebagai tersangka kasus pengadaan e-KTP ia selalu bisa lolos dari jerat hukum. Nah, kan kudu ati-ati.

Dan, meskipun saat ini Bang Setnov sudah ditetapkan oleh jaksa dijatuhi kurungan 16 tahun bisa jadi dengan kehebatan ilmunya keluar-masuk penjara sesuka hatinya. Kemudian mengubah dedaunan hutan Indonesia ini menjadi perhiasan dan uang untuk membayar kerugian negara akibat korupsi yang dilakukannya. Ya macam cerita Syeh Jangkung tadi.

Hutane gundul, Ndes. Rusak.

Ya intinya seperti itu lah.

Seperti itu piye?


Kalau memang perlu dijatuhi hukuman gantung ya monggo! Kalau memang pantas atau hanya untuk sekadar menguji kebenaran bahwa Bang Setnov ini titisan Syeh Jangkung ya silakan! Yang jelas korupsi itu jelas tindakan yang tidak bermartabat. Maka, bagi para koruptor cepatlah bertobat!

Penulis: Zahid Arofat

Tulisan ini pernah dimuat di gambangsemarang.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra: Psikologi Tokoh dalam Cerpen Topi Helm A.A. Navis

Buku Robohnya Surau Kami karya A. A. Navis. Foto: Asep Sopyan Sinopsis cerpen "Topi Helm" dalam Robohnya Surau Kami A.A. Navis Topi Helm Tuan O.M (Tuan Gunarso) adalah seorang opseter pada sebuah bengkel kereta. Tubuhnya pendek, namun dia sangat berwibawa karena topi helm yang dikenakannya. Hal itulah yang membuat dia dijuluki sebagai Si Topi Helm . Kewajiban Si Topi Helm itu membuat ia juga ditakuti oleh para pekerjanya. Namun ketakutan itu malah justru dijadikan sebagai candaan atau olok-olok para pekerjanya. Ketika mereka sedang asyik mengobrol sambil bekerja, seringkali ada yang mengatakan “Ssst... Si Topi Helm”. Tentu saja para pekerja itu tunggang langgang dan pura-pura untuk bekerja dengan rajin, seolah-olah mereka tidak pernah mengobrol ketika bekerja.  Hinggaa Tuan O.M harus dipindahtugaskan ke Bandung dan memutuskan untuk memberikan Topi Helmnya kepada Pak Kari, pekerjanya pada bagian rem. Tentu Pak Kari merasa sangat senang mendapatkan Topi Helm i...

Antologi Puisi

CERMIN DIRI Oleh: Mega Dessy Ratnasari   Waktunya telah tiba, untuk segera melepas keterikatan Rambut ini mulai rontok, seakan semuanya makin parah Bisa juga lama-lama menjadi botak Aku tak peduli, ku anggap semuanya baik-baik saja Tidak menutup kemungkinan masanya akan datang Bersamaan dengan sakit yang memudar Masih ingat kalau aku sedang sakit? Tentu kau lupa Perempuan macam apa aku? Biadab mungkin Ada yang bilang kalau aku tak tahu diri Ya, ada benarnya Kata orang aku tak tahu malu, ku benarkan saja Bisa juga kaca dirumahku terlalu kecil Atau, lama-lama aku tidak membutuhkannya Untuk apa? Berdandan? Ingat, aku ini perempuan biadab jadi tidak butuh kaca Pecah saja, kemudian buang DIAMBANG KEBODOHAN Oleh: Mega Dessy Ratnasari   Kejiwaan pasti pas untuk di bicarakan Berimajinasi tanpa mengenal batas normal Beberapa hari ini kualami Hilang kendali dengan beragam keabu-abuan Sepertinya diambang ketakutan tapi menutup ...

Penelitian: Tradisi Buka Selambu di Bakaran Wetan Pati

Mbah Karno, juru kunci makam Ki Dalang Soponyono, saat prosesi Buka Selambu. Foto: Zahid Aofat Tradisi Buka Selambu banyak dijumpai di berbagai daerah, khususnya di Jawa. Salah satunya di petilasan Ki Dalang Sopo Nyono dan Nyai Ageng di Desa Bakaran, Juana, Pati. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berbudaya merupakan sebuah harmonisasi lingkungan yang kompleks. Dalam perkembanganya, di Indonesia mempunyai beragam tradisi kebudayaan yang beragam, baik dari segi kesenian maupun asal-usul cerita dan legenda. Budaya yang menjadi embrio keberlangungan peradaban sebuah wilayah, selalu memberikan keharmonisan kehidupan antara tingkat kemajuan zaman dan lokalitas budaya yang bertahan. Hal ini mendorong berbagai macam metode penelitian dalam cara mempertahankan dan menjaga keaslian tradisi tersebut, tentu saja hal ini tidak akan berlangsung  hanya dengan  ilmuan yang apatis, dari sisi lain kita pertama-tama wajib mengetahui apa itu kebudayaan. Mengutip arti kebudayaan...