Langsung ke konten utama

Berbagi, Penjual Soto Ini Merasa Semakin Kaya


Setiap Jumat Eko (putih) penjual soto ayam di daerah Dr. Cipto Semarang memberikan kebabasan makan soto gratis bagi pemulung dan tukang becak di sekitar daerah ia berjualan. (Foto: Zahid Arofat)
Jika kita ingin menikmati soto ayam di malam hari, soto ayam Eko mungkin bisa menjadi sebuah pilihan makan malam. Bertempat di kiri jalan searah tepat setelah perempatan lampu merah Dr. Cipto Semarang. Soto ayam Eko buka mulai pukul 22.00 WIB sampai tengah malam.
Sekilas tidak ada yang berbeda dengan soto ayam pada umumnya berisi nasi, tauge, bihun, kol, bawang goreng, suiran daging ayam, dan kuah soto yang gurih. Seporsi soto ayam Eko dapat dinikmati dengan harga enam ribu rupiah saja. Namun, bagi pemulung dan tukang becak di daerah tersebut soto ayam Eko adalah sesuatu yang sangat spesial, khususnya di hari Jumat. Pasalnya di hari itu Pak selalu memberikan soto gratis untuk mereka. Adapun alasan mengapa Eko memberikan soto gratis di hari Jumat karena ia yakin bahwa hari Jumat adalah hari yang penuh keberkahan.
“Setiap hari jumat malam, kami bisa menikmati soto ayam Pak Eko secara gratis lengkap dengan gorengan dan segelas teh atau pun kopi. Hanya saja kami yang terkadang merasa tidak enak. Jadi, ya terkadang cuma sekadar nge-teh atau ngopi saja”, jelas Hendro, salah seorang tukang becak.
Eko mengaku, ia tidak takut merugi. Baginya, berbagi dengan sesama khususnya orang kecil seperti pemulung dan tukang becak adalah kebaikan yang dapat dilakukannya. Selain itu, ia juga yakin bahwa Tuhan pasti akan melipatgandakan dari apa yang telah ia berikan untuk sesama.
“Ketika saya memberikan soto secara gratis, maka itu adalah kebaikan yang dapat saya lakukan. Insyaallah Tuhan akan membalasnya berlipat-ganda. Kuncinya adalah ikhlas”, jelas Eko, Sabtu (19/8/2017).

(Zahid Arofat - Grand Finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang, Temannya Andre Findy Fajar S)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra: Psikologi Tokoh dalam Cerpen Topi Helm A.A. Navis

Buku Robohnya Surau Kami karya A. A. Navis. Foto: Asep Sopyan Sinopsis cerpen "Topi Helm" dalam Robohnya Surau Kami A.A. Navis Topi Helm Tuan O.M (Tuan Gunarso) adalah seorang opseter pada sebuah bengkel kereta. Tubuhnya pendek, namun dia sangat berwibawa karena topi helm yang dikenakannya. Hal itulah yang membuat dia dijuluki sebagai Si Topi Helm . Kewajiban Si Topi Helm itu membuat ia juga ditakuti oleh para pekerjanya. Namun ketakutan itu malah justru dijadikan sebagai candaan atau olok-olok para pekerjanya. Ketika mereka sedang asyik mengobrol sambil bekerja, seringkali ada yang mengatakan “Ssst... Si Topi Helm”. Tentu saja para pekerja itu tunggang langgang dan pura-pura untuk bekerja dengan rajin, seolah-olah mereka tidak pernah mengobrol ketika bekerja.  Hinggaa Tuan O.M harus dipindahtugaskan ke Bandung dan memutuskan untuk memberikan Topi Helmnya kepada Pak Kari, pekerjanya pada bagian rem. Tentu Pak Kari merasa sangat senang mendapatkan Topi Helm i...

Antologi Puisi

CERMIN DIRI Oleh: Mega Dessy Ratnasari   Waktunya telah tiba, untuk segera melepas keterikatan Rambut ini mulai rontok, seakan semuanya makin parah Bisa juga lama-lama menjadi botak Aku tak peduli, ku anggap semuanya baik-baik saja Tidak menutup kemungkinan masanya akan datang Bersamaan dengan sakit yang memudar Masih ingat kalau aku sedang sakit? Tentu kau lupa Perempuan macam apa aku? Biadab mungkin Ada yang bilang kalau aku tak tahu diri Ya, ada benarnya Kata orang aku tak tahu malu, ku benarkan saja Bisa juga kaca dirumahku terlalu kecil Atau, lama-lama aku tidak membutuhkannya Untuk apa? Berdandan? Ingat, aku ini perempuan biadab jadi tidak butuh kaca Pecah saja, kemudian buang DIAMBANG KEBODOHAN Oleh: Mega Dessy Ratnasari   Kejiwaan pasti pas untuk di bicarakan Berimajinasi tanpa mengenal batas normal Beberapa hari ini kualami Hilang kendali dengan beragam keabu-abuan Sepertinya diambang ketakutan tapi menutup ...

Sastra Lisan: Asal-Usul Sumur Kidul & Sumur Singget di Desa Jatisari, Pati

Sumur Singget di Karang Jati, Pati. Foto: Zahid Arofat Asal-Usul Sumur Kidul dan Sumur Singget Sastra Lisan di Dukuh Karangjati - Desa Jatisari - Kecamatan Jakenan, Pati BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat. Dituturkan oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian. Tukang cerita juga menuturkannya kepada penduduk kampung yang tidak bisa membaca (tukang cerita sendiri belum tentu bisa membaca). Cerita yang semacam ini diturunkan secara lisan dari satu generasi kepada generasi yang lebih muda (Faang, 2011 :1). Lahirnya sastra lisan lebih dulu dari sastra tertulis. Tetapi ini tidak berarti bahwa dengan lahirnya sastra tertulis, sastra lisan langsung mati. Sesungguhnya sastra lisan itu hidup bersama-sama dengan sastra tertulis, terutama di kampung-kampung yang terpencil (Faang, 2011 :1). Apakah yang termasuk dalam sastra rakyat? Sebenarnya sastra rakyat yang juga dikenal dengan nama tradisi lisan mencakup suatu...