![]() |
Sumur Singget di Karang Jati, Pati. Foto: Zahid Arofat |
Asal-Usul Sumur Kidul dan Sumur Singget
Sastra Lisan di Dukuh Karangjati - Desa Jatisari - Kecamatan Jakenan, Pati
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat. Dituturkan oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian. Tukang cerita juga menuturkannya kepada penduduk kampung yang tidak bisa membaca (tukang cerita sendiri belum tentu bisa membaca). Cerita yang semacam ini diturunkan secara lisan dari satu generasi kepada generasi yang lebih muda (Faang, 2011 :1).Lahirnya sastra lisan lebih dulu dari sastra tertulis. Tetapi ini tidak berarti bahwa dengan lahirnya sastra tertulis, sastra lisan langsung mati. Sesungguhnya sastra lisan itu hidup bersama-sama dengan sastra tertulis, terutama di kampung-kampung yang terpencil (Faang, 2011 :1).
Apakah yang termasuk dalam sastra rakyat? Sebenarnya sastra rakyat yang juga dikenal dengan nama tradisi lisan mencakup suatu bidang yang cukup luas, cerita-cerita, ungkapan, peribahasa, nyanyian, tarian, adat resam, undang-undang, teka-teki, permainan, kepercayaan dan perayaan semuanya termasuk dalam sastra rakyat. Kajian sastra rakyat ini dianggap penting karena dari kajian ini kita dapat mengetahui pandangan dunia, nilai kemasyarakatan dan masyarakat yang mendukungnya. Karena itu pula, Unesco pernah pernah melancarkan suatu kajian tradisi lisan di Malaysia dan Indonesia. Tentang usaha-usaha yang dijalankan di Malaysia dapat dibaca dalam sebuah buku yang disusun oleh Mohd. Taib Osman (Mohd. Taib Osman, 1975).
Satu diantara jenis dari cerita rakyat adalah cerita asal-usul atau dongeng. Cerita asal-usul atau dongeng merupakan cerita rakyat tertua. Cerita-cerita ini sebenarnya sudah bisa dimasukkan ke dalam bidang mitos, cerita yang dianggap benar oleh penceritanya. Dalam cerita asal-usul Melayu hanya dikenal cerita asal-usul berbagai tumbuhan dan binatang saja. Misalnya untuk menerangkan mengapa di tepi sungai hutan rimba banyak terdapat pohon-pohon yang tinggi, mengapa tongkol jagung berlubang, asal-usul sebuah pulau, atau mungkin cerita asal-usul berupa keterangan tentang asalnya nama tempat (Faang, 2011: 2-4).
Di masyakat Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil banyak sekali budaya atau jenis cerita rakyat yang murni lisan. Artinya cerita itu belum tertuliskan sama sekali. Sikap pemuda yang kurang kritis maupun orang tua yang tidak pernah lagi bercerita kepada anak-anaknya terhadap sastra lisan masyarakat tersebut ditakutkan akan menghilangnya sebuah sastra itu sendiri. Padahal sastra itu sendiri sebagai identitas suatu daerah atau masyarakat tertentu. Maka inventarisasi perlu dilakukan demi menjaga agar sebuah budaya atau pun jenis dari sastra itu tidak hilang seiring perkembangan zaman.
BAB 2
PEMBAHASAN
Latak Sumur Singget dan Sumur Kidul
![]() |
Sumur Singget di Dukuh Karang Jati, Pati. Foto: Zahid Arofat |
Sumur Singget dan Sumur Kidul berada di Sebuah Desa di Kabupaten Pati, yaitu di Desa Jatisari. Desa Jatisari itu sendiri terdiri dari tiga pedukuhan, yaitu Dukuh Sentul, Dukuh Karangjati dan Dukuh Singget. Namun dari ketiga dukuh itu, Dukuh Singget merupakan sebuah dukuh yang tidak berpenguni. Di dalamnya hanya terdapat pohon-pohon jati (yang mendominasi) dan pohon-pohon yang berbuah, seperti pohon mangga. Dukuh tersebut dikelilingi oleh bambu, begitu juga dengan Dukuh Karangjati.
Sumur Singget terletak di sebelah barat daya Dukuh Singget. Karena letaknya yang dekat dengan Dukuh Singget (lebih-kurang seratus meter), maka sumur itu dinamai Sumur Singget. Sementara Sumur Kidul terletak tepat di sebelah selatan Dukuh Karangjati. Dan Dukuh Karangjati itu berada di sebelah timur Dukuh Singget, kira-kira berjarak seratus meter.
Asal-Usul Sumur Singget dan Sumur Kidul
![]() |
Sumur Kidul di Dukuh Karang Jati, Pati. Foto: Zahid Arofat |
Sumur Singget dan Sumur Kidul dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai peninggalan wali. Nama Sumur Singget itu sendiri berasal dari nama sebuah Dukuh Singget yang terletak di sebelah timur laut sumur. Singget adalah sebuah dukuh yang dianggap wingit hingga saat ini. Menurut Bapak Syafi’i – Kamituo Dukuh Karangjati – Dukuh Singget dulunya berpenghuni sepuluh kepala keluarga. Namun entah mengapa semuanya meninggal secara misterius, dan satu yang masih hidup yaitu Mbah Sarjan. Ketika itu Mbah Sarjan masih muda. Akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke Dukuh Karangjati, yang kemudian menikah dan menetap di dukuh tersebut.
Sementara nama Sumur Kidul yang dalam bahasa Indonesia itu berarti ‘sumur selatan’ karena letak sumur itu yang berada tepat di sebelah selatan Dukuh Karangjati. Masyarakat setempat, yakni masyarakat Dukuh Karangjati meyakini bahwa kedua sumur tersebut (Sumur Singget dan Sumur Karangjati) merupakan bekas jejak kaki Seno – tokoh pewayangan. Menurut Bapak Syafi’i bahwa dari Sumur Singget sampai ke Sumur Karangjati adalah satu langkah kaki dari Seno. Menurutnya masih terdapat jejak-jejak selanjutnya yang terdapat di desa sebelah timur Dukuh Karangjati, yaitu Desa Sokopuluhan. Supargi – sesepuh Dukuh Karangjati – menambahkan bahwa di sebelah barat Dukuh Singget juga terdapat sumur yang berasal dari jejak telapak kaki Seno. Tepatnya di Dukuh Kayon.
Kemunculan sumur-sumur tersebut hingga saat ini belum diketahui kapan terbentuknya. Menurut Kamituo, yakni Bapak Syafi’i bahwa sumur tersebut sudah ada sebelum Dukuh Karangjati sendiri berdiri. Semua masyarakat Dukuh Karangjati tertua sekalipun yang masih hidup tidak akan mengetahui mengenai hal tersebut.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bahwa dahulu mulanya kedua sumur tersebut (Sumur Singget dan Sumur Karangjati) mempunyai sumber mata air yang sangat besar. Bapak Syafi’i menjelaskan bahwa saking besarnya sumber mata air tersebut menimbulkan kekhawatiran oleh Mbah Sayyidun – seorang wali dari Yaman – jika sumber mata air tersebut akan menenggelamkan desa-desa jika kelak jika berdiri di dekat sumur tersebut. Mbah Sayyidun kemudian menyumbat sumber mata air tersebut dengan duk atau kayu batang pohon aren.
Mbah Sayyidun sendiri menurut Bapak Syafi’i bertempat di Dukuh Singget bersama Mbah Potro. Kedua orang tersebut lah yang dulunya menjadi pembabat Dukuh Karangjati. Namun tak ada seorang pun yang mampu melihat keduanya hingga saat ini.
Kedua sumur tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Dukuh Karangjati, karena airnya dipakai masyarakat dalam kebutuhan sehari-hari. Pada mulanya kedua sumur tersebut berdiameter lebih-kurang sepuluh meter dan mempunyai kedalaman lima sampai enam meter. Namun karena sering mengalami kekeringan, sumur tersebut (Sumur Kidul khususnya) di perluas dan sekarang menjadi embung sebagai tempat penampungan air pada tahun 2010. Sumur tersebut dianggap keramat oleh masyarakat sehingga tidak dianjurkan melakukan hal aneh atau hal yang tidak baik di sumur tersebut.
Kepengetahuan Masyarakat Sekitar Terhadap Asal-usul Sumur Singget dan Sumur Kidul
Keberadaan Sumur Singget dan Sumur Kidul yang ada sebelum Dukuh Karangjati ada membuat masyarakat belum tahu tentang kepastian sejarah mulanya. Namun mereka hanya sedikit saja mengetahui dari cerita yang diturunkan oleh nenek moyang hingga sampai kepada anak- cucu mereka saat ini.Namun, banyak dari anak-anak muda bahkan anak-anak kecil yang tidak tahu-menahu mengenai hal tersebut. Hal itu mungkin dikarenakan ayah atau ibu mereka yang bukan asli orang dari Dukuh Karangjati. Artinya masyarakat asli yang menikah dengan orang luar dan menetap di sana. Yang satunya kurang begitu tahu dan satunya lagi tidak tahu sama sekali, sehingga tidak menceritakan kepada anaknya. Di sisi lain mungkin karena sang anak atau para pemuda kurang kritis terhadap keberadaan sumur tersebut.
Dapat dikatakan kepengetahuan masyarakat mengenai sastra lisan sejarah tersebut kurang begitu merata. Sehingga banyak dari mereka yang tidak tahu dan berdapak hampir menghilangnya sastra lisan itu dari masyarakat pemiliknya – yaitu masyarakat Dukuh Karangjati.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra lisan. Artinya cerita rakyat tersebut diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya secara lisan. Satu contoh dari cerita rakyat tersebut adalah cerita dari sebuah pedukuhan terpencil di Kabupaten Pati, yaitu Dukuh Karangjati. Di sana terdapat dua buah sumur yang konon menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan bekas dari pijakan telapak kaki seno.Namun, kebenaran dari cerita tersebut tentu tidak lah pasti mengingat hakikat dari sebuah sastra lisan itu sendiri, namun terdapat bukti nyata yaitu sumur yang masih adanya sampai saat ini.
Seiring dengan perkembangan zaman, cerita seperti tersebut di atas sedikit demi sedikit menghilang dari masyarakat. Untuk itu perlu kita menjaga bagian dari harta kekayaan bangsa agar tidak hilang begitu saja.
Daftar Pustaka
Faang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor IndonesiaOsman, Mohd. Taib.1965. Kesusasteraan Melayu Lama. Kuala
Penulis: Zahid Arofat
Komentar