Langsung ke konten utama

Makna Jurnalistik Bagi Anak Millenial



Ekspresi salah satu peserta Citizen Goes to School yang sangat antusias. (Foto: Julian Fikri, grand finalis Citizen Journalist Academi Energi Muda Pertamina Semarang kelas videografi)

"Pemirsa, saat ini saya sedang bersama teman-teman SDN Pedurungan Tengah 02 Semarang. Di sini kami belajar jurnalistik bersama grand finalis Citizen Journalist Academy Semarang. Nayla Faiza melaporkan dari Semarang, Jawa Tengah," demikian suara lantang Nayla, siswa SD Pedurungan Tengah 02 Semarang ketika mempraktikkan menjadi seorang presenter.
Ia percaya diri tampil di depan teman-temannya. Ia tidak ingin kalah dengan para finalis kelas presenting CitizenJournalist Academy (CJA) Energi Muda Pertamina Semarang yang sedang berkunjung ke sekolahnya. Bertajuk Citizen Journalist Goes to School, acara diadakan di SDN Pedurungan Tengah 02, Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 7 November 2017, diikuti sekitar 30 siswa.
Menurut Bayu Nugraha Putra Sandewa, grand finalis CJA Semarang kelas public relation, kegiatan ini bertujuan mengedukasi dan berbagi pengalaman seputar jurnalistik. Ia juga mengungkapkan harapannya bahwa para peserta nantinya diharapkan mampu memanfaatkan dunia digital untuk berlatih membuat karya jurnalistik.
"Peserta diperkenalkan dan diajarkan bagaimana menjadi seorang presenter, videografer, dan menjadi penulis yang baik," kata Bayu.
Anak-anak kelas 4 dan 5 SD ini juga diminta mempraktikkan ilmu yang baru saja ditularkan. Mereka dibagi menjadi tiga kelas sesuai bidang yang diminati. Di kelas presenting, mereka mencoba mempratikkan menjadi seorang presenter. Secara bergantian mereka tampil di depan kelas.
Kelas videografi yang dibimbing oleh Asna Fredy Santoso dan Febby Budisantosa. Anak-anak SD itu diajari cara mengambil dan merekam gambar dengan benar. Secara detail diajari menentukan sudut pengambilan dan komposisi gambar yang memikat. Sedangkan di kelas menulis, para peserta diajari menulis cerita dan juga berita. Dalam kelas menulis kreatif ini, Gina Mardani Cahyaningtyas menjadi mentor.
Di penghujung kegiatan, dipilih tiga peserta terbaik di masing-masing kelas. Mereka mendapatkan hadiah menarik. Kegiatan yang sangat langka dilakukan ini disambut baik para siswa SD.
"Senang bisa belajar jurnalistik dari kakak-kakak Citizen Journalist Academy Semarang. Sebelumnya saya hanya bisa menonton berita di televisi tapi hari ini saya belajar bagaimana membuat sebuah berita. Ini dunia baru yang tak pernah terbayangkan," kata Canthi, salah satu peserta Citizen Journalist Goes to School.

(Zahid Arofat - Grand Finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang, Temannya Andre Findy Fajar S)
Tulisan ini pernah dimuat di liputan6.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra: Psikologi Tokoh dalam Cerpen Topi Helm A.A. Navis

Buku Robohnya Surau Kami karya A. A. Navis. Foto: Asep Sopyan Sinopsis cerpen "Topi Helm" dalam Robohnya Surau Kami A.A. Navis Topi Helm Tuan O.M (Tuan Gunarso) adalah seorang opseter pada sebuah bengkel kereta. Tubuhnya pendek, namun dia sangat berwibawa karena topi helm yang dikenakannya. Hal itulah yang membuat dia dijuluki sebagai Si Topi Helm . Kewajiban Si Topi Helm itu membuat ia juga ditakuti oleh para pekerjanya. Namun ketakutan itu malah justru dijadikan sebagai candaan atau olok-olok para pekerjanya. Ketika mereka sedang asyik mengobrol sambil bekerja, seringkali ada yang mengatakan “Ssst... Si Topi Helm”. Tentu saja para pekerja itu tunggang langgang dan pura-pura untuk bekerja dengan rajin, seolah-olah mereka tidak pernah mengobrol ketika bekerja.  Hinggaa Tuan O.M harus dipindahtugaskan ke Bandung dan memutuskan untuk memberikan Topi Helmnya kepada Pak Kari, pekerjanya pada bagian rem. Tentu Pak Kari merasa sangat senang mendapatkan Topi Helm i...

Antologi Puisi

CERMIN DIRI Oleh: Mega Dessy Ratnasari   Waktunya telah tiba, untuk segera melepas keterikatan Rambut ini mulai rontok, seakan semuanya makin parah Bisa juga lama-lama menjadi botak Aku tak peduli, ku anggap semuanya baik-baik saja Tidak menutup kemungkinan masanya akan datang Bersamaan dengan sakit yang memudar Masih ingat kalau aku sedang sakit? Tentu kau lupa Perempuan macam apa aku? Biadab mungkin Ada yang bilang kalau aku tak tahu diri Ya, ada benarnya Kata orang aku tak tahu malu, ku benarkan saja Bisa juga kaca dirumahku terlalu kecil Atau, lama-lama aku tidak membutuhkannya Untuk apa? Berdandan? Ingat, aku ini perempuan biadab jadi tidak butuh kaca Pecah saja, kemudian buang DIAMBANG KEBODOHAN Oleh: Mega Dessy Ratnasari   Kejiwaan pasti pas untuk di bicarakan Berimajinasi tanpa mengenal batas normal Beberapa hari ini kualami Hilang kendali dengan beragam keabu-abuan Sepertinya diambang ketakutan tapi menutup ...

Sastra Lisan: Asal-Usul Sumur Kidul & Sumur Singget di Desa Jatisari, Pati

Sumur Singget di Karang Jati, Pati. Foto: Zahid Arofat Asal-Usul Sumur Kidul dan Sumur Singget Sastra Lisan di Dukuh Karangjati - Desa Jatisari - Kecamatan Jakenan, Pati BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat. Dituturkan oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian. Tukang cerita juga menuturkannya kepada penduduk kampung yang tidak bisa membaca (tukang cerita sendiri belum tentu bisa membaca). Cerita yang semacam ini diturunkan secara lisan dari satu generasi kepada generasi yang lebih muda (Faang, 2011 :1). Lahirnya sastra lisan lebih dulu dari sastra tertulis. Tetapi ini tidak berarti bahwa dengan lahirnya sastra tertulis, sastra lisan langsung mati. Sesungguhnya sastra lisan itu hidup bersama-sama dengan sastra tertulis, terutama di kampung-kampung yang terpencil (Faang, 2011 :1). Apakah yang termasuk dalam sastra rakyat? Sebenarnya sastra rakyat yang juga dikenal dengan nama tradisi lisan mencakup suatu...