Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Mahasiswa Milenial dan Petani

Saya anak seorang petani. Tapi saya tidak pernah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang petani. Saya rasa setiap orang tua yang berprofesisebagai petani pun tidak menginginkan anaknya berkiprah dalam dunia percangkulan atau siklus tanam, merawat tanaman, pupuk-memupuk, dan hama-hamaan. Bagi orang desa saya di Pati, bertani adalah melulu soal menanam padi dua kali setahun (mentok tiga kali) dan setelahnya ditanami palawija. Bagi petani pada umumnya ketika hasil panen melimpah maka hati merasa ayem-tentrem . “ Seng penting duwe gabah numpuk ning omah ”. Tidak  peduli dengan itung-itungan biaya yang dikeluarkan dalam siklus tanam hingga panen. Terkadang tidak sebanding. Kalaupun ada untung pun tidak seberapa. Yang dapat meminimalisir pengeluaran memang pada dasarnya mereka sendiri yang telaten ngrumati . Apa-apa dilakukan sendiri dalam perawatan. Seperti ibuku, terkadang beliau nandur sendiri selama dua-sampai tiga hari untuk sawah yang tidak terlalu luas. Baru ketika dirasa t...